1 Suro di 1 Muharram

Tim RBeBe - 18 May 2024

(Gambar Kalender Jawa dari Enkosa.com)

Pernah melihat kalender yang ada pancawara, yaitu paingponwagekliwonlegi? Itu adalah sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari 5 hari dalam budaya Jawa. Klik Kalender Jawa di Wikipedia untuk mengetahui sejarah, nama bulan, metode perhitungan dan lain sebagainya.

Bulan Suro

Malam 1 Suro dan 1 Muharram  jatuh pada hari dan malam yang sama, Sekitar 931 Hijriah atau 1443 tahun Jawa baru, Sunan Giri II Kerajaan Demak, membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiah dengan sistem kalender Jawa. 

Klik Berbagai Filosofi Jawa, yang juga menjadi nilai & arah dari perayaan 1 Suro.

Sementara tradisi malam 1 Suro sendiri telah ada sejak abad 18, dikenalkan oleh Sultan Agung, Raja dari kerajaan Mataram yang mempunyai akar ajaran Islam yang kuat. Malam 1 Suro dianggap pembukaan dari bulan suci yang sakral. Sultan Agung mempunyai tujuan agar rakyatnya bersatu, tidak terbelah saat ada penjajahan Belanda. Setelah wafatnya Sultan Agung, tradisi-tradisi dari keraton di malam 1 Suro tetap ada dan berkembang. Klik Tahun Baru Jawa di Wikipedia sebagai penjelasan dan kegiatan tradisi yang dilakukan seperti Meditasi, Tapa Bisu, Tirakatan dan tuguran, refleksi diri, berdoa, ziarah makam dan tempat ibadah, Ruwatan sampai Kirab Budaya.

Klik Tahun Baru Hijriah, Makna, Sejarah & Amalannya

Larangan yang dipercaya masyarakat kejawen pada 1 Suro:

  • Mengadakan pernikahan dan hajatan. 

  • Keluar rumah

  • Membangun atau pindah rumah. 

  • Berbicara sembarangan (seperti bicara kotor, tidak sopan, gosip dan lainnya). 

Antara Tradisi 1 Suro & Ajaran Kebaikan

Tanggal 1 Suro yang bersamaan dengan 1 Muharram menjadi bahan refleksi bagi semua yang merayakan dan menjalani aktivitas di hari tersebut.

Tradisi yang sudah ada di masyarakat tidak bisa serta merta dianggap benar bila menyalahi ajaran yang baik. Begitupula tradisi juga mengandung banyak kearifan bila sejalan dengan ajaran baik. 

Dalam tradisi 1 Suro sendiri, banyak makna kebaikan yang sejalan dengan ajaran agama, seperti bentuk rasa syukur, membersihkan diri, bertobat, berpuasa sampai menjaga hubungan keseimbangan dengan alam sebagai karya Allah sendiri. Filosofi Jawa sendiri mengandung banyak nilai baik. 

Menghargai kearifan lokal secara proposional, selaras dengan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan positif adalah baik, namun tugas setiap umat beragama tentu menyelaraskan setiap aktivitas hidupnya termasuk tradisi yang ada dengan keyakinannya, dengan membangun diri dan bermanfaat untuk kehidupan dan orang lain, dalam koridor ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Klik Susunan Materi Tahun Baru Hijriah di RBeBe. Kiranya bermanfaat. Terus semangat.

(Tim RBeBe)

Kritik dan masukan mohon sampaikan kepada kami. Terimakasih.

Mari bantu (klik) Wujudkan 100 Materi Belajar Bagi Masyarakat.