Harus Siap (Kalaupun) Kena Covid #2

Tim RBeBe - 18 April 2024

Klik disini untuk bagian #1

Proteksi Diri, Menunggu Pasien 24 jam 

Penjaga pasien covid 24 jam dalam satu kamar adalah situasi yang sangat tidak biasa. Saya harus hati-hati agar tidak terpapar. Walau kita terus doa dan berserah tentu usaha harus sejalan. Masalah kena atau tidak, saya yakin urusan Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap kesusahan saya percaya akan membawa kebaikan, tidak diragukan. Saya bersyukur ada dalam situasi ini, ibaratnya dikasih tawaran naik kelas. Paling tidak saya sebagai anak yang sering bersitegang dengan ibu diberi kesempatan-walau secuil- menebus sikap buruk saya (ngarep.com :-).

Posisi perawat pasien 24 jam jelas beda, tenaga medis saja ada waktu keluar kamar pasien atau Rumah Sakit dan menanggalkan semua APD yang mereka kenakan. Nah saya tentu tidak demikian.  Saya memilih tidak memakai baju APD (Alat Pelindung Diri) Hazmat, toh saya juga tidak boleh keluar dari kamar pasien. Setiap saat saya perlu ke lokasi ibu untuk apapun, 3 hari pertama adalah waktu dimana saya lelah dan sangat kurang tidur. Kalau ditambah baju APD Hazmat yang panas, tentu akan semakin membatasi gerakan dan menambah buruk stamina saya. 

Yang utama tentu masker yang saya ganti berkala. Saya pakai rangkap dua dan rapat. Area depan masker pertama, tali masker, sekitar atas hidung dan leher rajin saya bersihkan dengan hand sanitizer sebelum masker saya tanggalkan. Saat kembali ke pos, saya bisa menanggalkan dua masker tersebut dan memakai masker berbeda yang saya kasih minyak kayu putih untuk saya hirup.  

Saat menanggalkan masker untuk makan, saya pilih area pojok pos yang secara logika aman karena saya berada di hulu sirkulasi, udara mengalir ke arah exhaust. 

Untuk face shield / pelindung wajah saya pakai yang atasnya tertutup. Saya mendapat yang menyatu dengan topi, ada juga yang model biasa namun atasnya ada busa nya. Model ini juga dipakai tenaga medis (waspada dengan face shield model kacamata yang bagian atasnya terbuka). 

Seperti foto diatas, saya memakai sarung tangan karet tebal yang biasa buat cuci piring atau petugas sampah. Pemakaian sarung tangan karet seperti yang dipakai tenaga medis, kurang pas menurut saya, karena sering robek. Saya sering sekali pakai hand sanitizer dan cuci tangan karna perpindahan antara tempat ibu dan pos tempat saya. Disini saya semakin paham akan kegunaan sarung tangan, agar kulit tangan saya tidak mabok atau keriput sebelum waktunya ;-) karna kebanyakan hand sanitizer. 

Untuk hand sanitizer dan sabun cuci tangan cari yg model tekan untuk memudahkan. Model semprot bisa sebagai tambahan. 

Untuk asupan tubuh, ada multivitamin, tambahan kapsul vitamin D, suplemen peningkat daya tahan tubuh, minyak kayu putih (kadang saya taruh di lidah dan air juga), susu, madu, buah dan bawang putih. Untuk bawang putih saya hanya coba dua kali saja, walaupun sudah dihaluskan pakai blender, rasanya tetap pedas, panas gimanaa gitu. Akhirnya saya berhenti memakannya. Masih enakan minyak kayu putih. Intinya cari yang putih-putih :-) 

Oh iya yang juga sangat penting adalah air panas/hangat. Bersyukur Rumah Sakit menyediakan dalam bentuk dispenser yang ciamik. 

Mental dan Istirahat 

Kondisi mental tentu perlu dijaga dan dibangun terus. Meninggalkan keluarga dan pekerjaan dengan resiko terpapar covid sehingga sakit sampai terancam kematian karena kelelahan dan kurang tidur tentu perlu strategi agar tetap sehat. Hal-hal spiritual, doa, lagu rohani buat saya sangat membantu menjaga mental yang sehat. Dengan kondisi seperti ini saya semakin menanamkan 'semakin kondisi susah harusnya lebih bersyukur'. Istilahnya kita diajak naik kelas. Ya itulah proses pembentukan diri dan pemurnian ibadah. Itu yang perlu dibangun dalam perjalanan hidup di dunia. Saya memahami fungsi kesenangan adalah untuk keseimbangan pikiran, turut menjaga kewarasan  dan untuk kesenangan itu sendiri. Namun pertumbuhan sejati itu timbul dalam kesusahan yang dimenangkan. Pemahaman ini membantu menjaga mental dan pikiran positif saya.

Untuk istirahat dan makan sangat saya usahakan mencari waktu, kadang saat ibu dapat panggilan video untuk memotivasi, menyemangati, maka saya pakai kesempatan itu untuk makan. Istirahat dapat dilakukan saat ibu juga istirahat. Beberapa hari pertama yang sangat melelahkan adalah saat pasien buang air, karena baik pasien dan saya masih berusaha membiasakan diri. Tas plastik besar yang banyak akan sangat berguna untuk pampers yang kadang tidak berfungsi baik juga (bisa dibayangkan ya), perlu anti 'jijik'. Yang memerlukan durasi lama saat beberapa hari diawal masuk RS adalah saat makan dan minum obat. Kondisi ibu yang lemah, susah nafas dan tidak nafsu makan perlu sabar dan telaten. Seolah-olah waktu seharian itu ya habis untuk makan dan minum obat. 

Kurang Lebih Demikian Pengalaman Saya

Kondisi Ibu saat ini sudah jauh lebih baik, bantuan oksigen sudah kembali memakai selang di hidung. Saat paru-paru sudah baik dan saturasi oksigen bisa mencapai kondisi normal tanpa bantuan oksigen, maka selang itu akan dilepas. 

Saya, ibu dan keluarga berterimakasih untuk banyak bantuan dan uluran tangan yang hadir dalam perjalanan sakitnya ibu. Salah satu yang disyukuri bahwa kami jadi sering video call untuk menyemangati ibu. Keluarga, saudara, sahabat, tetangga jadi sering ngumpul dan bertegur sapa lewat video call. Berbagi sapa, cerita dalam kasih. Juga untuk dokter dan perawat, bapak satpam yang menghantar barang masuk dan ambil barang untuk keluar, petugas kebersihan, makanan dan semuanya. Oh iya tidak lupa dua pasien sekamar yang saat ini sudah pulang. Terimakasih kebaikan dan doa-doanya. Kami hanya bersandar pada Tuhan yang akan membalas setiap kebaikan. Kami mohon maaf untuk kekurangan dan kesalahan. Kiranya kita dibentuk lebih baik lagi dalam menapaki perjalanan ini untuk dipertanggungjawabkan nanti. Kiranya kebahagiaan semakin hadir dan nyata dalam susah senang kehidupan. Sampai jumpa dan tetap semangat. 

(Klik Berbagai Hal Masa Pandemi  untuk melihat berbagai film, lagu atau pengetahuan terkait Covid dan masa pandemi). 

Nowan ARK